Debatbola.com – Baru-baru ini Liga 1 dihebohkan dengan adanya 3 klub di Liga tersebut yang diperiksa oleh pihak kepolisian. PSS Sleman, Persija Jakarta hingga Madura United secara mengejutkan menerima panggilan dari pihak kepolisian. Kabar tersebut tentu membuat publik terkejut pasalnya cukup jarang sebuah klub sepak bola berurusan dengan pihak Kepolisian.
Setelah diusut, ternyata ketiga klub tersebut diperiksa terkait dengan aliran dana dari Viral Blast yang terkena kasus robot trading. Seperti yang diketahui ketiga klub tersebut menerima sponsor dari Viral Blast di awal musim lalu. Karena perusahaan Viral Blast bermasalah hingga harus berurusan dengan pihak kepolisian, maka ketiga klub tersebut juga ikut diperiksa.
Terseret Kasus Viral Blast
Persija Jakarta, PSS Sleman serta Madura United sempat menerima sponsor dari Viral Blast sejak sebelum Liga 1 musim 2021-2022. Bahkan logo dari Viral Blast juga sudah terpasang di Jersey masing-masing klub tersebut. Tidak disangka-sangka, penerimaan sponsor itu justru membawa ketiganya dalam masalah besar yang bahkan harus berurusan dengan pihak kepolisian.
Robot trading Viral Blast baru-baru ini dijadikan tersangka atas kasus investasi bodong yang merugikan membernya yang mencapai ribuan member. Tidak tanggung-tanggung, kerugian yang ditanggung para member hingga sebesar 1,2 triliun rupiah. Kini para tersangkanya sudah tertangkap dan tinggal satu tersangka lagi yang masih buron.
Berdasarkan hasil investigasi, Viral Blast mengalirkan dana yang masuk tersebut ke beberapa klub sepak bola Indonesia dengan jumlah mencapai miliaran rupiah. Karena hal itulah pihak kepolisian kemudian memanggil manajer dari beberapa klub sepak bola yang diduga menerima aliran dana dari Viral Blast. Sejauh ini, klub yang sudah diperiksa yaitu PSS Sleman, Madura United dan Persija Jakarta.
Zainal Hudha Purnama yang merupakan mantan manajer Madura United musim kemarin ditetapkan sebagai salah satu tersangka. Mantan manajer Madura United itu juga yang melakukan kerja sama dengan klub-klub lainnya. Salah satunya Persija Jakarta yang sempat memasang logo Viral Blast di jersey, namun sudah dilepas sejak perusahaan tersebut terjerat kasus dengan polisi.
Kabar pemeriksaan ketiga klub tersebut disampaikan oleh Kombes Pol Robertus yang menjabat sebagai Kasubdit III Tipideksus Bareskrim Polri. Madura United, Persija dan juga PSS Sleman dimintai keterangan mengenai sponsorship Viral Blast yang telah diterima oleh masing-masing klub. Selain ketiga klub itu, masih ada 2 klub lain yang belum diperiksa yaitu Bhayangkara FC dan Mitra Surabaya.
Ingin Untung Malah Buntung
Baik Persija, PSS Sleman serta Madura United tentu tidak menyangka jika akan menghadapi nasib apes seperti sekarang ini. Niat klub tersebut mencari untung dengan mendapatkan sponsor besar, namun justru harus berurusan dengan pihak kepolisian. Beruntungnya klub-klub tersebut hanya diperiksa sebagai saksi saja.
Pihak Bareskrim memang masih menindaklanjuti kasus tersebut guna melihat aliran dana yang masuk di masing-masing klub. Kemungkinan besar pihak klub akan diminta untuk mengembalikan dana investasi yang diberikan oleh Viral Blest. Masih belum diketahui pasti berapa yang diterima oleh setiap klub, namun ditaksir jumlahnya mencapai belasan miliar rupiah.
Ketika ditanya mengenai kemungkinan pengembalian dana, pihak manajemen PSS Sleman mengaku masih belum menerima pemberitahuan lanjut dari Bareskrim Polri. Pihak klub masih menunggu perkembangan dari kasus tersebut sekaligus menunggu keputusan dari pihak kepolisian. Jika memang diharuskan mengembalikan dana tentu akan sangat merugikan klub terlebih di musim bursa transfer seperti saat ini.
Bhayangkara FC Tidak Dipanggil
Selama berjalannya kasus yang menyeret 3 klub di Liga satu itu, satu nama kini menjadi sorotan publik. Secara mengejutkan Bhayangkara FC tidak ikut diperiksa oleh pihak Kepolisian padahal juga menjadi salah satu klub yang menerima dana dari Viral Blast. Hingga kini pun masih belum pasti kapan Bhayangkara FC akan diperiksa atau malah diloloskan.
Banyak yang beranggapan jika luputnya Bhayangkara FC dari pemeriksaan Bareskrim Polri lantaran klub tersebut merupakan milik dari pihak Kepolisian. Berbagai komentar muncul di media sosial terkait Bhayangkara FC yang mendapat keistimewaan tersebut. Bahkan banyak yang mengkritik serta menyindir pihak Kepolisian yang enggan memeriksa klub yang dimilikinya.